Presiden Dewan Kepausan Patikan, Jean Louis
Cardinal Tauran mengatakan, rasa toleransi yang dijalin antarumat beragama
hendaknya harus mampu saling membina cinta kasih untuk perdamaian dunia.
"Tuhan menciptakan segala isi dunia,
oleh karena itu yang kita bina adalah saling menanamkan cinta kasih. Jangan
karena perbedaan agama dan kepercayaan lantas kita saling membenci," kata
Jean Louis di Kuta, Bali, Sabtu.
Pada acara dialog antarumat beragama itu,
ia mengatakan, masih banyak ditemukan konflik antarumat beragama, karena
sejumlah pemeluk agama di dunia menganggap kepercayaannya yang dianut paling
tinggi.
"Sesungguhnya anggapan itu adalah
kekeliruan umat, padahal semua ajaran agama di dunia adalah terbaik dan
mengajarkan umatnya hidup rukun berdampingan," katanya.
Namun demikian, kata dia, melalui kegiatan
dialog antarumat diharapkan untuk saling bertukar pikiran, sehingga tokoh-tokoh
agama itu juga memberikan informasi kepada umatnya untuk menjunjung tinggi
toleransi dan cinta kasih agar terwujud perdamaian dunia.
"Kami berharap semua agama menumbuhkan
cinta kasih antarsesama manusia, walau dalam keyakinan dan kepercayaan
berbeda," kata Jean Louis disambut tepuk tangan.
Sebagai umat beragama yang menjunjung
tinggi ajaran Tuhan Yang Maha Esa, kata dia, perlu diwaspadai tindakan-tindakan
radikal seperti terorisme yang berkedok dibalik agama tertentu
.
"Padahal dalam ajaran agama tidak
satupun menyebutkan bahwa dengan membunuh sesama akan mendapat surga. Orang
yang berpaham seperti itu sudah menyimpang dari ajaran agamanya," kata
Jean Louis menegaskan.
Sementara Ketua Forum Komunikasi Antarumat
Beragama (FKUB) Provinsi Bali, IB Gede Wiyana mengatakan, di Indonesia
khususnya di Bali hubungan antarumat beragama sudah berjalan selaras dengan
mengedepankan toleransi beragama.
"Bali adalah mayoritas pemeluk Hindu,
namun kami di sini dapat hidup berdampingan tanpa membedakan suku, ras dan
agama (SARA). Karena Bangsa Indonesia adalah pluralis dengan semboyan ’Bhinneka
Tunggal Ika’ atau berbeda-beda tetap satu," katanya.
Wiyana yang juga Ketua Yayasan Dwijendra
Denpasar itu mengatakan, hubungan erat antarumat di Pulau Dewata telah terjalin
sejak zaman kerajaan.
Hal itu dapat dibuktikan, dengan kedatangan
umat Islam dari berbagai daerah seperti dari Jawa, Lombok dan Sulawesi disambut
dengan damai bahkan dijadikan prajurit kerajaan. Begitu juga kehidupannya
dijamin oleh pihak kerajaan tersebut.
"Itu terbukti Raja Pemecutan Badung,
memberikan perhatian khusus kepada umat Islam pada zaman itu memberikan tanah
untuk tempat tinggal dan mendirikan tempat ibadah," katanya.
Begitu juga raja-raja di Bali lainnya juga
memberikan perlindungan terhadap kehidupan umat Islam terbukti ada perkampungan
Islam, seperti Kampung Saren di Kabupaten Karangasem, Kampung Gelgel
(Klungkung), Kampung Pegayaman (Buleleng) dan Kampung Loloan di Kabupaten
Jembrana.
"Hingga kini hubungan kekerabatan
pihak puri kerajaan dengan kampung Islam masih terjalin, seperti ketika ada
upacara adat di puri maka umat Muslim melakukan gotong-royong," kata
Wiyana.
Studi kasus :
Kita sebagai individu sosial hendaknya
menghargai kepercayaan masing-masing individu lainnya, Tuhan menciptakan segala
isi dunia, oleh karena itu yang kita harus saling menanamkan cinta kasih.
Jangan karena perbedaan agama dan kepercayaan lantas kita saling membenci.
Sumber : kompas.com
No comments:
Post a Comment